Nusrasuara.com – Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram mengadakan pelatihan dasar bahasa isyarat bagi petugas pelayanan publik, sebuah langkah penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang inklusif.
Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid ini menghadirkan narasumber dari SLBN 1 Mataram, Nusa Tenggara Barat, yaitu Rochman Ardiansyah dan Rianah, serta diikuti oleh berbagai peserta dari berbagai instansi di wilayah tersebut.
Pelatihan ini bertujuan untuk membekali petugas pelayanan publik dengan keterampilan berkomunikasi yang efektif dengan penyandang disabilitas, khususnya mereka yang memiliki kebutuhan khusus, seperti penyandang tuli.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya BBPOM Mataram untuk mewujudkan pelayanan yang lebih ramah, mudah diakses, dan inklusif bagi semua kalangan, termasuk kelompok rentan.
Menyediakan Pelayanan Publik Inklusif
Pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama. Sesi pertama membahas tentang Pelayanan Publik Inklusif, yang mencakup definisi, dasar hukum, serta prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam melayani kelompok rentan, termasuk disabilitas.
Para peserta juga diberikan tips praktis dalam menghadapi pelanggan dengan disabilitas agar pelayanan dapat dilakukan secara optimal dan profesional.
Rochman Ardiansyah, salah satu narasumber, menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dan empati dalam memberikan layanan kepada kelompok rentan.
“Salah satu tujuan kami adalah memastikan bahwa pelayanan publik tidak hanya mudah diakses tetapi juga ramah terhadap semua kelompok masyarakat, tanpa terkecuali,” ujar Rochman dalam sesi tersebut.
Pada sesi ini, peserta juga diajak untuk berdiskusi mengenai tantangan yang sering dihadapi dalam memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas. Diskusi ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang aplikatif di lapangan.
Pengenalan Dasar Bahasa Isyarat
Sesi kedua pelatihan berfokus pada pengenalan dasar bahasa isyarat. Peserta diajarkan dua sistem utama bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia, yakni SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia).
Para peserta dilatih untuk menggunakan abjad, angka, serta kata-kata umum yang sering digunakan dalam interaksi sehari-hari dengan penyandang tuli.
Rianah, salah satu pemateri, menjelaskan bahwa belajar bahasa isyarat bukan hanya sekadar mempelajari gerakan tangan.
“Bahasa isyarat juga mencakup pemahaman makna dan emosi yang terkandung dalam komunikasi. Ini adalah jembatan yang memungkinkan kita memberikan layanan terbaik bagi pelanggan tuli,” kata Rianah.
Pelatihan ini dirancang tidak hanya untuk memberikan pemahaman teori, tetapi juga agar peserta dapat langsung mempraktikkan bahasa isyarat dalam situasi nyata.
Diharapkan, dengan keterampilan ini, para petugas dapat merasa lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan pelanggan tuli, sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.
Komitmen BBPOM Mataram untuk Pelayanan Inklusif
Kepala BBPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya besar untuk memenuhi amanat undang-undang dalam memberikan pelayanan yang inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia.
“Seluruh masyarakat Indonesia, siapapun itu, apapun latar belakangnya, harus mendapatkan informasi obat dan makanan yang benar dan objektif,” ujar Yosef dalam sambutannya.
Ia juga menambahkan bahwa pelatihan ini merupakan langkah awal dalam perjalanan panjang menuju pelayanan publik yang lebih inklusif.
“Kami berharap pelatihan ini menjadi bekal berharga bagi para petugas untuk memberikan pelayanan yang prima dan paripurna bagi semua masyarakat, termasuk pelanggan dengan disabilitas,” tambah Yosef.
Rencana Pelatihan Lanjutan
BBPOM Mataram tidak berhenti pada pelatihan dasar ini saja. Yosef menyatakan bahwa ke depannya, pelatihan lanjutan akan diadakan dengan materi yang lebih mendalam dan disertai dengan praktik intensif.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa para petugas tidak hanya memahami dasar-dasar komunikasi dengan penyandang disabilitas, tetapi juga mampu mengaplikasikannya secara konsisten dalam pelayanan sehari-hari.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap petugas memiliki kemampuan yang mumpuni untuk melayani semua pelanggan tanpa terkecuali. Ini adalah bentuk komitmen kami terhadap inklusi sosial dan kesetaraan akses informasi,” tegas Yosef.
Apresiasi dari Komunitas Disabilitas
Pelatihan ini mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak, termasuk komunitas disabilitas di Mataram. Langkah progresif yang diambil oleh BBPOM ini dianggap sebagai upaya nyata dalam mendukung inklusi sosial, terutama dalam memastikan akses informasi obat dan makanan yang setara bagi semua kalangan.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya pelayanan publik yang inklusif, diharapkan inisiatif serupa dapat diikuti oleh instansi lain di seluruh Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Barat.
Hal ini tidak hanya mendukung pemenuhan hak-hak kelompok rentan, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan inklusif bagi semua masyarakat.